Bima merupakan suku yang berada di Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Suku ini sebagian besar masyarakatnya muslim, yang ditandai dengan berbagai macam budaya da keseniannya. Salah satu keseniannya dalam budayanya yaitu tarian-tarian khas suku Bima sendiri. Berikut macam-macam tarian yang ada pada kebudayaan masyarakat Bima ;
1.Hadrah: merupakan tari tradisional Bima yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT. Hadrah yang dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa masuk ke Bima sekitar abad XIV sejak masuknya Islam ke daerah itu. Masyarakat Bima mengenal kegiatan kesenian yang mengandung warisan nilai-nilai islam ini dengan sebutan Jiki Hadra. Jiki Hadra adalah puji-pujian kepada Allah, Nabi dan Sahabat Nabi yang dinyanyikan sambil menari dengan iringan musik arubana (rebana) dalam prosesi Perkawinan, khitanan dan khatam Al-Quran masyarakat Bima.
2.Kanja: Tari tradisional Bima yang diciptakan Sultan Abdul Kahir Sirajuddin tahun 1673 setelah mendapatkan inspirasi sejarah masuknya Islam ke Bima. Kanja berarti tantang, karena dalam tarian ini ada gambaran pertarungan dua orang panglima yang tangguh.
3.Karaenta: Tari tradisional Bima diawali dengan sebuah lagu berbahasa Makassar yang bernama Karaengta. Penarinya anak kecil berusia sekitar 10 tahun, tidak memakai baju, kecuali hiasan yang dalam bahasa Bima disebut Kawari atau dokoh. Tari hiburan ini merupakan dasar untuk mempelajari tarian kerajaan Bima yang lain.
3.Katumbu: Tari tradisional Bima yang berarti berdegup ini menggambarkan keluwesan dan keterampilan remaja putri. Tarian ini diperkirakan sudah ada sejak abad XV dan ditarikan keluarga istana.
4.Toja: Tari tradisional Bima yang diangkat dari legenda Indra Zamrud. Penciptanya Sulta Abdul Kahir Sirajuddin tahun 1651. Tari ini menggambarkan lemah-gemulainya penari yang turun dari khayangan. * Lenggo: Tari tradisional Bima yang berarti melenggok, yang telah diadatkan dalam upacara Sirih Puan setiap perayaan Maulid. Tari ini menceritakan bagaimana guru agama Islam mengadakan penghormatan kepada muridnya, yaitu Sultan sebagai pernyataan saling menghormati.
5.Lengsara: Tari tradisional Bima yang dahulu dipertunjukkan dalam sidang eksekutif dan upacara Ndiha Molu (Maulid Nabi). Tari ini terakhir dipertunjukkan pada tahun 1963 dalam perkawinan keluarga raja, dan sekarang telah dihidupkan kembali.
6.Mpa'a : tarian rakyat Bima yang berisi gerakkan-gerakkan silat.
7.Sere: Tari tradisional Bima yang berarti mengajak berperang yang semula ditarikan perwira perang bergelar Anangguru Sere. Tari ini dipertunjukkan di arena yang cukup luas di hadapan tamu yang berkunjung ke Bima.
8.Tari Mpaa Lenggogo dan Tari Batu Nganga. Tari Mpaa Lenggogo merupakan sebuah tarian untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW. Tarian ini sering dipertunjukkan pada upacara-upacara perkawinan atau upacara khitanan keluarga raja. Sedangkan Tari Batu Nganga merupakan sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat yang mengisahkan tentang kecintaan rakyat terhadap putri raja yang masuk batu dan permohonan mereka agar sang putri dapat keluar dari dalam batu. Berikut ini adalah salah satu gambar Tari Mpaa Lenggogo dan Tari Batu Nganga.
Tari Batu Nganga
Tari Mpaa Lenggogo
Seperti suku lainnya, suku Bima memiliki pakaian khas sendiri yang masing -masing dipakai dalam situasi tertentu diantaranya:
1). Pakain adat harian, dipakai ketika menghadiri upacara adat dan upacara peringatan hari – hari besar kesultanan dan hari – hari besar agama.
2). Pakaian adat untuk upacaar daur hidup mulai dari upacara salama loko sampai dengan upacara pernikahan dan kematian.
3). Pakaian adat utuk penari.
4). Pakaian untuk pejabat majelis hadat.
Baju poro, bewarna merah untuk para gadis, bewarna hitam (me’e) ungu (keta) bagi para kaum ibu, warna kuning dan hijau hanya untuk para keluarga sultan. Di ujung lengan baju di pasang “satampa baju”, berfungsi sebagai penutup lengan dan juga sebagai asesoris.
Tembe su’i atau tembe songke (sarung songket), warna dasar merah atau coklat dan boleh juga hitam. Dengan motif garis – garis kecil, kakando dan pado waji, dihiasi dengan sulaman benang emas dan perak.
http://likaardila.blogspot.com/2013/12/kesenian-ntb.html
http://kebudayaan-ntb.blogspot.com/
1.Hadrah: merupakan tari tradisional Bima yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT. Hadrah yang dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa masuk ke Bima sekitar abad XIV sejak masuknya Islam ke daerah itu. Masyarakat Bima mengenal kegiatan kesenian yang mengandung warisan nilai-nilai islam ini dengan sebutan Jiki Hadra. Jiki Hadra adalah puji-pujian kepada Allah, Nabi dan Sahabat Nabi yang dinyanyikan sambil menari dengan iringan musik arubana (rebana) dalam prosesi Perkawinan, khitanan dan khatam Al-Quran masyarakat Bima.
2.Kanja: Tari tradisional Bima yang diciptakan Sultan Abdul Kahir Sirajuddin tahun 1673 setelah mendapatkan inspirasi sejarah masuknya Islam ke Bima. Kanja berarti tantang, karena dalam tarian ini ada gambaran pertarungan dua orang panglima yang tangguh.
3.Karaenta: Tari tradisional Bima diawali dengan sebuah lagu berbahasa Makassar yang bernama Karaengta. Penarinya anak kecil berusia sekitar 10 tahun, tidak memakai baju, kecuali hiasan yang dalam bahasa Bima disebut Kawari atau dokoh. Tari hiburan ini merupakan dasar untuk mempelajari tarian kerajaan Bima yang lain.
3.Katumbu: Tari tradisional Bima yang berarti berdegup ini menggambarkan keluwesan dan keterampilan remaja putri. Tarian ini diperkirakan sudah ada sejak abad XV dan ditarikan keluarga istana.
4.Toja: Tari tradisional Bima yang diangkat dari legenda Indra Zamrud. Penciptanya Sulta Abdul Kahir Sirajuddin tahun 1651. Tari ini menggambarkan lemah-gemulainya penari yang turun dari khayangan. * Lenggo: Tari tradisional Bima yang berarti melenggok, yang telah diadatkan dalam upacara Sirih Puan setiap perayaan Maulid. Tari ini menceritakan bagaimana guru agama Islam mengadakan penghormatan kepada muridnya, yaitu Sultan sebagai pernyataan saling menghormati.
5.Lengsara: Tari tradisional Bima yang dahulu dipertunjukkan dalam sidang eksekutif dan upacara Ndiha Molu (Maulid Nabi). Tari ini terakhir dipertunjukkan pada tahun 1963 dalam perkawinan keluarga raja, dan sekarang telah dihidupkan kembali.
6.Mpa'a : tarian rakyat Bima yang berisi gerakkan-gerakkan silat.
7.Sere: Tari tradisional Bima yang berarti mengajak berperang yang semula ditarikan perwira perang bergelar Anangguru Sere. Tari ini dipertunjukkan di arena yang cukup luas di hadapan tamu yang berkunjung ke Bima.
8.Tari Mpaa Lenggogo dan Tari Batu Nganga. Tari Mpaa Lenggogo merupakan sebuah tarian untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW. Tarian ini sering dipertunjukkan pada upacara-upacara perkawinan atau upacara khitanan keluarga raja. Sedangkan Tari Batu Nganga merupakan sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat yang mengisahkan tentang kecintaan rakyat terhadap putri raja yang masuk batu dan permohonan mereka agar sang putri dapat keluar dari dalam batu. Berikut ini adalah salah satu gambar Tari Mpaa Lenggogo dan Tari Batu Nganga.
Tari Batu Nganga
Tari Mpaa Lenggogo
Seperti suku lainnya, suku Bima memiliki pakaian khas sendiri yang masing -masing dipakai dalam situasi tertentu diantaranya:
1). Pakain adat harian, dipakai ketika menghadiri upacara adat dan upacara peringatan hari – hari besar kesultanan dan hari – hari besar agama.
2). Pakaian adat untuk upacaar daur hidup mulai dari upacara salama loko sampai dengan upacara pernikahan dan kematian.
3). Pakaian adat utuk penari.
4). Pakaian untuk pejabat majelis hadat.
Baju poro, bewarna merah untuk para gadis, bewarna hitam (me’e) ungu (keta) bagi para kaum ibu, warna kuning dan hijau hanya untuk para keluarga sultan. Di ujung lengan baju di pasang “satampa baju”, berfungsi sebagai penutup lengan dan juga sebagai asesoris.
Tembe su’i atau tembe songke (sarung songket), warna dasar merah atau coklat dan boleh juga hitam. Dengan motif garis – garis kecil, kakando dan pado waji, dihiasi dengan sulaman benang emas dan perak.
http://likaardila.blogspot.com/2013/12/kesenian-ntb.html
http://kebudayaan-ntb.blogspot.com/
Comments
Post a Comment