1.Latar
Belakang
Negara Indonesia memiliki beragam
budaya yang tak ternilai harganya. Salah satunya Negara Indonesia memiliki
bermacam-macam suku disetiap wilayahnya. Suku Bima salah satunya, suku yang
berada di kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Bima merupakan salah satu nama
daerah yang kaya akan budaya dan adat istiadat yang merupakan ciri khas dari
masyarakat Bima itu sendiri. Banyaknya budaya dan etnis yang masuk ke daerah
Bima, menyebabkan banyaknya agama yang dianut oleh masyarakat cukup beragam,
meskipun lebih dari 90% masyarakat Bima sekarang menganut agama islam. Tetapi, sekarang budaya dan tradisi
itu semakin meluntur. Banyaknya anak-anak dan remaja yang mereka tidak mengetahui
tentang budayanya sendiri. Padahal, budaya, tradisi dan adat-istiadat itu perlu
kita jaga dan lestarikan bersama. Sangat disayangkan, apabila budaya yang
diwariskan secara turun-temurun dan merupakan ciri khas Negara Indonsia itu
hilang atau diambil oleh Negara lain.
2.Sejarah
Nama Bima sendiri itu berasal dari
nama leluhur raja-raja Bima pertama. Dulunya, Bima merupakan kerjaan terpenting
di pulau Sumbawa. Pada abad 17-19, kerajaan Bima banyak melakukan hubungan baik
dengan Makassar. Bima terletak pada jalur maritime, sehingga menjadi tempat
persinggahan penting dalam jaringan perdagangan dari malaka ke Maluku. Mata
pencaharian utama masyarakatnya adalah bertani.
3.Tradisi
Aktivitas berladang atau bercocok tanam merupakan
warisan leluhur yang menjadi tradisi dan warisan secara turun-temurun.
Begitupun bagi masyarakat Bima itu sendiri. Tradisi berladang mereka ditandai
dengan kehidupan diatas gunung. Mereka menggarap ladang berpindah-pindah dari
gunung satu ke gunung yang lainnya. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan upaya
untuk menjauhkan diri dari kemiskinan. Selain itu, cara berladang mereka yang
berpindah-pindah itu dipengaruhi pada tradisi berladang rakyat yang
berpindah-pindah.
Hal yang menarik dari budaya
berladangnya yaitu, sebelum memulai berladang, mereka bermusyawarah terlebih
dahulu. Mereka membahas masalah pembagian kerja antara kaum laki-laki dan
perempuan. Dalam pembagian kerja, laki-laki
menyiapkan seluruh peralatan seperti batu asahan/kamalo, parang/cila dan
kapak/ponggo. Sementar kaum perempuan menyiapkan makan dan minum. Kaum
perempuan juga melakukan penanaman pada lading yang sudah disiapkan oleh kaum
laiki-laki.
Selain itu suku Bima juga memiliki tradisi
yang dikenal adalah kerajinan tenun dan balap kuda. Pusat tenun dipusatkan di
kawasan Rabadompu yang hingga kini jejak warisan tradisi itu masih hidup dan
berkembang menjadi kebanggan warga setempat. Sudah kita ketahui bahwa kain
tenun yang dihasilkan, memiliki kualitas yang baik dan memiliki nilai estetika
tersendiri yang mampu menarik perhatian orang diluar suku itu bahkan hingga
luar negeri.
Sementara itu, ada motif yang
popular yang dihasilkan dari kegiatan menenun, diantaranya suri kakandau dan
gasuwarung. Motif tersebut erat kaitannya dengan sejarah peruangan suku Bima
saat melawan penjajah Belanda dengan menggunakan bambu runcing. Sedangkan motif
gasarung menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Bima yang bekerja
mencari kepiting di pantai.
Keunikan dari suku Bima lainnya
adalah permainan balap kuda yang digelar setiap hari minggu pagi. Pacuan kuda
ini termasuk kelas latihan untuk kelas yang lebih tinggi seperti tingkat
pemerintah kota atau yang melibatkan semua kota atau kabupaten di pulau Sumba.
Terdapat tempat untuk bermain pacuan kuda yang terkenal yaitu di arena pacuan
kuda panda, biasanya lomba di gelar setiap bulan Agustus dan melibatkan ratusan
kuda pilihan, lomba semakin meriah karena setiap kuda memiliki penggemar.
3.Budaya
Salah
satu paralatan dan perlengkapan hidup yang sangat diperhatikan oleh masyarakat
Bima adalah pakaian. Bima mengenal bermacam-macam jenis pakaian adat yaitu :
1. Baju poro berwarna merah untuk para
gadis, berwarna ungu hitam untuk kaum ibu. Di ujung lengan baju di pasang
satampa baju yang berfungsi sebagai penutup lengan dan juga sebagai aksesoris
2. Tembe songke atau sarung songket
warna dasar coklat dan boleh juga hitam dengan motif garis-garis kecil dihiasi
dengan sulaman benang emas dan perak untuk semua laki-laki.
Di
daerah Bima ada pembagin alat musik, menurut pembagian tersebut silu termasuk
golongan alat musik tiup, alat musik pukul dengan tangan misalnya rebana, alat
musik petik misalnya gambus, alat musik yang dipukul misalnya gendang, alat
musik gesek misalnya biola Bima.
Terdapat
budaya tarian pada suku Bima diantaranya Tari mpaa lenggo sebuah tarian guna
menyambut maulid nabi muhammad saw. Tarian ini juga sering dipertunjukan pada
upacara perkawinan atau upacara khitanan keluarga raja. Tari batunganga sebuah
tari berlatar belakang cerita rakyat, mengisahkan tentang kecintaan rakyat terhadap
putri raja yang masuk ke dalam batu. Mereka memohon agar sang putridapat keluar
dari dalam batu itu.
Terdapat
pula bangunan adat pada suku Bima, diantaranya ada Istana sultan sumbawa
merupakan model rumah adat daerah Nusa Tenggara Barat. Bangunan tersebut
berlantai tiga terbuat dari kayu jati dan beratap sirap. Lantai bawah tempat
pengawalan. Lantai kedua tempat kediaman sultan dan permaisuri. Sedangkan
lantai tiga disediakan untuk para putri dan keluarga lainnya.
Sumber:
Comments
Post a Comment